28 July 2009

Birokrasi yang Melelahkan




(EPISODE III, SEMINAR HASIL)

Panjang. Mungkin inilah kondisi menuju seminar hasil. Episode ketiga ini telah saya lalui dengan perjuangan yang menyisakan keharuan. Langkah panjang dan berat menuju ruang seminar pada 27 Juli 2009, menjadi titik penyadaran akan kerasnya dunia ini. jika kau lemah dan tak punya keyakinan, maaf saja, kau tak pantas masuk ke ruangan itu. Kau hanya akan melihatnya dari luar saja, dan menjadi pemimpi sejati. Saya, tidak mau menjadi orang yang lemah, tak punya keyakinan, dan tak ingin menjadi pemimpi sejati. Debu Bontolebang saksinya, Tangga Jurusan saksinya, dan semua kertas putih yang menjadi teman jalan selama 3 pekan,menjadi saksi, saya bukan pemimpi sejati.

Hampir saja, saya menjadi orang yang pesimis. “apa boleh buat..bulan 12 sajalah saya masuk baruga”. Tapi seorang sahabat “mencaci” yang membuat adrenalin saya terpacu. “Iih pesimisnya”. Saya benci kata-kata itu. Mendengarnya, seakan saya seperti kaum nabi LUTH yang dijungkir balikkan dan dibenamkan oleh Allah karena dosa-dosa mereka yang menjijikkan. Saya bangkit. Dan tak pernah mau mendengar kata itu lagi. Mungkin diantara teman-teman, saya mengerjakan hasil lebih cepat. setelah 3 minggu mengambil data, wawancara sana-sini. Saya pun menganalisis dan menuangkan kondisi lapangan di atas kertas berjudulkan “Analisis Tingkat Partisipasi dan Pendapatan Wanita Tani dalam PNPM Mandiri Perdesaan tahun 2008” selama 4 hari. Berat. Menulis dengan seilmiyah mungkin walaupun mata sudah setengah tertutup. Lelah, sungguh.


Tetapi Itu semua tidak terlalu berarti, dibandingkan kelelahan menjalankan birokrasi kampus. Inilah yang menambah daftar panjangnya masa menuju seminar hasil. Birokrasi yang membuat sebagian mahasiswa putus asa dan pesimis, sehingga mentolerir dirinya untuk menunda memperoleh gelar sarjana. Tidak sedikit mahasiswa yang kesal dan mengeluarkan cacian terhadap birokrasi kampus yang terlalu panjang dan berbelit-belit. Harus kesini dulu, minta tanda tangan ini dulu, temui itu dulu pokoknya ini dulu baru itu. Aaaah, puanjaaaang banget. Tetapi apapun itu, sepanjang dan seberat apapun birokrasi itu, bagi mahasiswa mau tidak mau YOU harus jalani. Jika tidak! Tunggulah seribu tahun lagi, sampai semuanya bisa instan. Bermimpilah untuk itu. Dan…silahkan terbangun dari mimpi jika surat cinta berjudulkan Drop Out sudah ada di depan mata.

Birokrasi yang panjang, memang menjadi kendala untuk kami sebagai mahasiswa. Begitu pula dengan saya, namun…sebagai orang yang dibesarkan dengan birokrasi kepengurusan, dan menjadi akhwat karena birokrasi lembaga yang cukup rapi, maka saya melihat birokrasi dari sisi positifnya. Inilah konsekwensi dari sebuah universitas terbesar dan termegah di Indonesia Timur (kapan dikatakan terbaik???). Rapi, Hati-hati, dan taat aturan, seperti dekan saya. Semua profesional, pekerjaan dikerjakan oleh penanggung jawabnya masing-masing. Kalau tidak sesuai aturan, maka semuanya bisa kacau. Namun, saya tidak setuju jika birokrasi menutup mata terhadap kondisi-kondisi tertentu. Kondisi yang memang ada, dan tak bisa dihindari. Memang Birokrasi bukan manusia, tetapi semua orang yang menjalankan birokrasi itu, manusia juga kan?

Beberapa hari yang lalu seorang teman mengatakan ingin mati karena tak mampu menembus birokrasi yang panjang dan ketat. Ia Putus asa,yakin tak akan selesai bulan ini dan harus menunggu sampai bulan 12. Itu tandanya, yah..ke BNI lagi, lagi dan lagi. Meminta 750.000 lagi ke orang tua???, apa kata dunia??? Tapi bukan hanya itu persoalannya, ini lebih kepada beban moril. .Untunglah, ingin mati, hanya sebuah perkataan yang tak sempat ditunaikan. Sekarang ia mencoba ikhlas dan berbesar hati untuk menerima semuanya. Yah ikhlas, bukan pesimis, karena ia sudah berusaha, namun ada kondisi yang membuatnya berada dalam ketidakpastian.

Jangan pernah cita-cita mu ditunda oleh birokrasi. Hadapi itu semua. Bagi saya ini hanya sebagian kecil tantangan untuk meraih cita-cita. Hambar rasanya memperoleh sesuatu yang berharga tanpa kerikil kecil, tikungan tajam, dan jurang yang menganga. Inilah hidup, sebuah cerita pendek tetapi sarat akan pengorbanan yang panjang. 3 agustus 2009, Insya Allah akan menjadi hari terakhir saya menjadi mahasiswa. Ujian meja seperti episode yang akan membawa saya mengakhiri cerita ini menuju cerita kehidupan selanjutnya.

29 Juli 2009

0 comments: