05 April 2010

Tentang Dia




"Semua yang berada di langit dan yang berada di bumi bertasbih kepada Allah (menyatakan kebesaran Allah). dan Dialah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
Kepunyaan-Nyalah kerajaan langit dan bumi, Dia menghidupkan dan mematikan, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu...." (Al Hadid : 1)

Air mata saya menepi karena kesakitan yang tak tertangguhkan.
Saya bisa merasakan apa yang dia rasa.
Ini adalah malam yang paling hitam. Ya Allah saya tidak terima, saya tidak terima.

Mengapa, masih ada jenis orang tua yang tak pernah menganggap anaknya besar


Untuk pertama kalinya saya menggugat Takdir, Ya Allah kenapa harus dia, kenapa ?
Saya mungkin bisa menerima jika orang lain yang mengalaminya. Tapi tidak untuk takdir hari ini. Astaghfirullah.

Saya teringat, beberapa tahun yang lalu, ketika kali pertama dia datang kerumah saya.
“Masya Allah, enak yah dikamar ukhti, suatu saat jika saya mau kabur, saya akan kabur ke sini, bukunya banyak!”
Saya pun tertawa.
Tapi, Mengapa sampai malam ini dia tak kabur juga??

Saat saya menyampaikan bahwa saya ingin menulis tentang aisyah Radhiyallahu ‘anha, dia menawarkan satu referensi “Aisyah, the true of beauty”… saya punya, mau fit? Dengan senyum bahagia saya langsung mengiyakan.

Tahun ini saya daftar di IPB dia ke ITS. Berkali-kali saya membujuknya “jangan di surabaya ukh, di bogor saja. Institut tersebut sudah diakui se-asia tenggara, tempatnya sejuk dan tenang, lagi pula setiap pekan kita bisa bareng ke jakarta untuk tarbiyah” sebenarnya dia ingin bersama saya, agar kami bisa saling menjaga dan meng-istiqomahkan, tetapi dia tak bisa menolak permintaan ayahnya.
Mengapa, masih ada jenis orang tua yang tak pernah menganggap anaknya besar.

Di penghujung 2002, masih berseragam putih abu-abu. Kami bertemu, Kami tidak dipertemukan oleh sekolah, karena kami tidak berasal dari sekolah yang sama. Kami tidak dipertemukan di Mall, kami tidak dipertemukan di bioskop, kami tidak dipertemukan di salon, kami tidak dipertemukan di bazar ala anak remaja. Tapi…..kami dipertemukan di jalan dakwah. Disini kami bertemu, DISINI. Tidak ditempat lain.

Sewaktu SMU saya sempat iri karena hafalan surah dan haditsnya jauh melampaui saya. Mujahadahnya, apa lagi. Yang membuat saya semakin iri sekaligus termotivasi adalah, ditengah-tengah kesibukannya menuntut ilmu dan menjadi aktivis, dia masih menjadi unggulan, dia pemenang olimpiade matematika, saya sempat melihat berita itu dikoran lokal. Subhanallah, hanya itu yang bisa saya ucapkan. Sampai wisuda pun, lagi-lagi ada sebersit takjub untuknya, dia lulusan terbaik tingkat fakultas di Universitasnya. Tak ada yang meragukan kualitas akademiknya. Saya bangga menjadi saudarinya.

Ribuan detik saya habiskan bersamanya, kami saling tahu bagaimana perjuangan kami di keluarga untuk tetap bertahan di jalan dakwah dan tarbiyah ini. maklum, kami bukan berasal dari keluarga yang terlalu paham syari’at.

Saya selalu bersamanya dalam berbagai musyawarah, tarbiyah, dan berbagai kepanitiaan. Acara Walimahan? Jangan ditanya, entah sudah berapa pasang akhwat-ikhwah yang kami panitiai bersama. Dia selalu saja mendapat jatah di bagian depan. Menjamu tamu sembari menyodorkan ucapan terima kasih.


Beberapa pekan ini, dia tak terlihat di halaqah. Saya putuskan untuk ke rumahnya, sekaligus mengembalikan bukunya “Aisyah, The true of beauty”. Tak ada kata selain, “masuk ukh” setelah itu diam. saya bertanya “ukh, kenapa ki’?” hati saya sudah menangkap sinyal-sinyal tak karuan. Tapi dia tak mampu berkata. Mungkin dia ingin sendiri.

Saya ingat ketika memintanya untuk mendeskripsikan saya ke dalam 5 kata. Lucu, narsis, jaim, cerdas, manis. Dan itu adalah sms nya yang terakhir. 12 maret 2010. Setelahnya, tak ada lagi pertemuan, tak ada lagi percakapan, tak ada lagi sms.

Sampai kabar itu datang. Kabar yang baru saya terima hari ini, yang membuat saya sadar, bahwa tak ada yang tak mungkin di dunia ini. bahkan yang tak pernah kita pikir pun, bisa saja terjadi. Dia menikah hari ini. Astaghfirullah, maaf! ! Saya tak sanggup mengucapkan Alhamdulilah. Maaf! Mungkin ketika saya bisa menerima semuanya, baru saya akan mengucapkannya. Masalahnya, Ini bukan pilihannya, bukan pilihan hatinya. mengapa ia menikah dengan cara seperti ini? padahal ia seorang muslimah yang komitmen. Perjuangan itu,…. mengapa endingnya seperti ini?

Apa boleh buat! sebelumnya lamaran sudah diterima, undangan sudah tersebar tanpa sepengetahuannya. Ia tak mampu bergerak.
Mengapa, masih ada jenis orang tua yang tak pernah menganggap anaknya besar.

Dia tak kuasa. Tak mampu berbuat apa-apa. mengapa dia tak kabur saja, bukankah dia pernah bilang akan kabur ke rumah saya? Tak apa, saya siap ditangkap polisi karena dituduh menyembunyikan calon pengantin.

Walaupun saya sudah tak mampu bersuara, Malam ini saya ingin berdoa untuknya, karena saya yakin Allah Maha Mengendengar.
Ya Allah, mengapa ayat laki-laki yang baik akan bersama perempuan yang baik tidak kudapatkan pada kisah saudari ku yang satu ini? atau saya kah yang tak paham semuanya?

Dulu, cerita seperti ini hanya saya dapatkan di novel-novel picisan atau kisah siti nurbaya yang fenomenal. tetapi kini kisah itu ada di depan mata saya, terjadi kepada saudari saya sendiri. Saudari yang sangat saya cintai karena Allah.

Saya berharap ini hanya mimpi. Dan ketika saya terbangun, saya tetap akan melihatnya, Berjalan menuju taman-taman syurga kami, berkumpul bersama kami, menyetor hafalan dan family day bersama. Saya rindu, ketika murabbiyah kami membahas masalah pernikahan tak henti-hentinya kami saling mencolek, sesekali saling berpandangan dan tertawa kecil.

ukhti, ana Uhibbukifillah.


“Saya bersyukur memiliki orang tua yang menganggap saya sudah besar”
ibu, ayah,, ana uhibbukum Fillah.

(Mengapa Semakin kesini, saya menemukan banyak peristiwa diluar dugaan?)
Saya ingin kembali berseragam putih abu-abu. Saya Rindu dia.

4 April 2010, tepat di hari pernikahanmu
Pada 00.30 waktu jam dinding kamar ku.


10 comments:

Muslimah said...

ya alloh...
apa yang harus ku comment ini.....
tidak ada....
air mata ji yang keluar....
T_T

T_T

"sabarki kak..... T_T "

habibah said...

Astagfirullah… qaddarullah de’. Begitu miris hati mendengarnya, ttp saat ini jgn sampai kita menghakiminya ttp byk2 muhasabah. Ana jg pernah merasakan hal yg sama, bedanya akhwat tsb justru senior bahkan yg mengkader ana. Sakit…perih…seperti hati ini tertampar mendengarnya.. tak henti2nya airmata jatuh di pelupuk mata. Tp ana memuhasabah diri, mgkn kesibukan dengan amanah dll sehingga ana tdk memperhatikannya, tdk empati thd kondisi masalahnya. Bukan amanahnya yg salah, tp mgkn ketidakmampuan memanage waktu hingga ana tdk memahami kebutuhannya ketika ia tdk mengatakannya... mungkin karna kurang peka thdpnya. Uh… sampai hari ini rasa bersalah selalu menyelimuti jiwa, walaupun Alhamdulillah akhwat tersebut sdh mulai memperbaiki diri kembali. Dulu..Ukhuwah yg sering diucapkan mgkn hanya dibibir. Tapi tdk pada aplikasinya. Hari-hari yg lalu sepertinya dilewati dengan meng’alim’kan diri sendiri. Mungkin hal itulah shg membuat ana melalaikannya. Astagfirullah… Sejak i2 ana berusaha tdk melalaikan akhwat2 disekitar ana, dan berusaha sebisa mungkin mengetahui kondisi mereka. Kalaupun mereka futur, ttp menjalin komunikasi dgn mereka.
Apapun bs terjadi jika Allah menghendaki… ana berharap ketika ana futur (naudzubillah), saudari2 ana tetap meraih tangan ana yg mungkin begitu kotor dihadapan akhwat.
Kuatkan dirita’ de’, kita’ yg ditakdirkan Allah mjd akhwainnya, sahabatnya, teman terbaiknya. Tetap genggam tangannya melalui ujian yg diberikan Allah… T_T
‘Ala kulli hal… takdir Allah tetap berjalan, kita hanya bisa mendoakan beliau dan akhawat2 yg lain yg mengalami ujian yg tdk mereka inginkan semoga istiqomah. Allah Maha Tahu apa yg Dia kerjakan. Begitulah takdirnya hari ini dan tak ada yg mengetahui takdir akhir hidup seseorang… kita pun demikian. Ana berdoa, mdh2an akhwat tsb (mgkn ana kenalji) semoga menjadi “Ummu Salamah” yang menjadi jalan hidayah bagi suaminya… Semoga Allah menjaga kita semua de’… Allahumma amin

rifa'ah said...

Baru dengar kabarnya hari ini. Perasaan saya memang langsung tak enak. Sepertinya ada yang tidak beres. Benarkah?

Tapi tetap ada harapan, bahwa inilah yang terbaik. Tetap ada keyakinan bahwa wanita yang indah akan tetap berpasangan dengan lelaki dengan derajat yang sama.

Mungkin, hikmahnya saja yang belum tersingkap, kak.
Semoga.

Unknown said...

Subhanallah, k untuk yang pertama kalinya saya menangis membaca sebuah blog, kesan selalu biasa saja, tapi kali ini, Subhanalloh

Saudariku itu....

Ya Alloh, kami yakin itu pasti yang terbaik untuknya.. Berikanlah kebahagiaan untuknya Ya Robb, sebagaimana "dia" selalu memberi kebahagiaan di tengah2 kami...

Unknown said...
This comment has been removed by a blog administrator.
Annur Shah said...

duh lum sempat baca mpe selesai degh gpp nnti ku save tulisanne pake word mbak gimna pya kabar???

aku kangen degh hehheheh

ada award dua sekaligus dariku mbak!!

Anonymous said...

cuma satu pesan saya ukh:"jangan pernah lepaskan genggaman ukhuwahmu dengannya"

aku muslimah said...

@anonim...tidak akan pernah kak kami melepaskan ukhuwah kami insya alloh.... kami kan sayang sama kakak itu...iya kan??? mmmuuuachhh
salam sayang buat kak "anonim" ^^/

Danil Edan said...

binun mau komen apa nieh.... menyentuh,... pokoknya tetep smngadh aja dah

Bintang said...

Ada yg tertahan setelah membacanya..
Ada yg tercegat setelah meresapinya..
Ada yg tertumpah setelah menelaahnya..

"Iyah, masih ada orang tua di Jaman sekarang yg menganggap Putrinya di usia 24 tahun belum dewasa".