28 May 2011

Moccacino dan Surat


Masih ada secangkir mocacinno yang bersama ku di pojok.
Harumnya kuat, menahan mataku sampai tak bermimpi.
Masih ada secangkir mocacinno dan tumpukan beban.
Sampai-sampai, tawa ku sudah mulai tereduksi beberapa persen

Mocacinno dan bayangan di pojok …

Andai kau tahu,
Bahwa sisa malam ini, ku ingin nikmati saja pesan-pesan mu.
Dengar bisikku,
Lembaran kalian kan selalu ku simpan, ku bawa ke mana ku pergi. Selalu.

Biarkan aku menepi, dipojok, bersama Moccacino yang harumnya kuat,
Sekuat bahasa suratmu di Ramadhan lalu.



Vee, Bogor.
____________
*membaca kembali surat-surat dari akhwat. Surat yang diberi, sehari sebelumku hijrah ke kota ini.

sumber gambar : flikcr.com

4 comments:

Unknown said...

Bismillah,,
Kakak,, sayangnya gak ada suratku diantara surat yang qta baca di',,,

hikz,,hikzz,,hikzzz,,:-(

Fitri Salsabilah (Vee) said...

Ia dek. Saya Lupa, Apa waktu perpisahan kita ada di majelis or tidak?

Tapi, sy masih terima surat ji. siapa tau Qta masih mau nulis surat buat saya. hehehe..

Nik Salsabiila said...

nice post mb...kejadian seperti itu adalah moment yg indah pd ujung sebuah perpisahan..^^
Keep writing mb..saya tunggu jejaknya di blog saya,,,
Salam persohiblogan...

Fitri Salsabilah (Vee) said...

Saudariku Unik : Syukron, iyah.. selalu ada kenangan di setiap perpisahan.

Salam Ukhuwah :)