21 April 2011

Kuriositas dan Cinta


Tidak sederhana. Banyak yang bertanya bagaimana dengan studimu. Saya hanya tersenyum simpul sambil berkata “Alhamdulilah”. Banyak faktor mengapa saya merasa bahwa ini tidak sederhana. Yang pertama karena institusi ini punya reputasi yang baik di skala nasional maupun dunia. Sehingga metode pembelajarannya pun cukup jauh melampaui Kampus saya sebelumnya. Suatu kali teman saya berkata bahwa beberapa kampus di luar lebih mudah daripada disini. Betul saja, Sampai tataran dosen pun ada yang transfer perkuliahan ke padjajaran dan brawijaya untuk program s3.

Yang membuat saya semakin yakin bahwa ini tidak sederhana adalah di akhir semester satu, ada 3 orang teman saya yang harus Drop out karena tak bisa mencapai IP yang ditargetkan. Untung saya selamat.

Semester dua, kegiatan perkuliahan cukup berat. Selain itu, beberapa orang diantara kami sudah harus mempersiapkan proposal penelitian. Termasuk saya.

Saya terlihat lebih repot daripada yang lain, karena saya bukan berasal dari kampus ini. Sehingga butuh waktu untuk beradaptasi dengan metode pembelajaran serta materi-materinya yang tidak mudah.

Siang ini, The Last minute perkuliahan metode riset dan bisnis, saya sudah gusar. Sepertinya keluar dari kelas ini wajah saya akan seperti benang kusut. Beberapa kali saya mengusap wajah sambil menarik nafas yang lebih panjang. Penjelasan dosen tadi membuat saya terbangun, karena saya termasuk orang yang tidak 100 persen memperhatikan penelitian. Saya kemudian terbangun dan Self talk bahwa “tidak ada waktu lagi. Now, I Have to focus on my research” -titik.

Baru menyadari bahwa sebentar lagi, yah… sisa menghitung hari kami harus mempresentasikan proposal riset kami. Padahal, saya masih belum bisa mencintai topik penelitian saya. Beberapa hari ini saya sama sekali tidak punya motivasi untuk menyentuh bahan riset. Sudah banyak jurnal internasional yang saya dapatkan yang terkait dengan topic saya itu. Tapi sayang, semuanya hanya menumpuk di file2 laptop! Saya Tak punya gairah.

Saya mencoba membaca diri dan mengambil kesimpulan bahwa “Saya gak disitu” hati saya tidak pada topik penelitian tersebut. Maka saya pun mencoba bertanya pada hati, saya mendapat jawaban, bahwa saya lebih antusias dan termotivasi dengan topik Y dari pada topik sebelumnya. Tidak ada waktu lagi. Saya harus memutuskan hari ini juga.

Selepas makan siang. Saya mengadap ke ketua Magister Sains Agribisnis untuk berkonsultasi.

Assalamu alaykum, Permisi bu’ mengganggu” , “oh iya masuk masuk gak papa”. Dosen saya mempersilahkan duduk dan meyakinkan saya bahwa jangan sungkan-sungkan untuk berkonsultasi. Saya pun membuka pembicaraan kemudian berkata, “Punten Bu’, saya mau konsultasi sedikit mengenai topic penelitian, sebelumnya saya sudah buat literature review untuk meneliti X, tetapi akhir-akhir ini saya sangat tidak bersemangat dan kuriositas saya lebih besar ke topic lain, saya akui bahwa awalnya saya mengambil topic X hanya karena saya lebih mudah mendapatkan beasiswa penelitian dan litearturnya pun banyak, tetapi, saya setengah hati bu’”


Dosen saya pun berifikir sambil memerhatikan seisi ruangan, “Saya ingin ke topik Y”, Saya kemudian menggambarkan sedikit tentang topic Y dan menjelaskan mengapa saya memilih topic tersebut. Intinya “kuriositas” (rasa ingin tahu).

“wah, Menarik menarik, saya rasa bagus sekali, karena masih sangat jarang penelitian seperti itu. Di departemen kita saja belum ada. Saya rasa ini Novelty (sesuatu yang baru)”, Dosen saya sangat antusias, bahkan lebih antusias dari pada saya. Saya pun sangat senang dan tersenyum sambil memutar otak.

“Ia bu’ tapi permasalahannya, saya belum menemukan inti dari apa yang mau saya teliti. Saya belum bisa mengerucutkannya”

Dosen saya memberikan penjelasan terkait topik tersebut, dan alhamdulilah kepala saya sudah mulai terbuka.

_Sueerr,! ini hanya berlandaskan kuriositas dan rasa penasaran “kira-kira di Indonesia jika model tersebut diterapkan pada agribisnis, efektif gak yah?” hanya itu yang ada di benak saya_

“Tapi bu’, Literatur dan jurnal mengenai topic ini masih sangat terbatas. Karena ini termasuk hal yang masih baru di Indonesia”

“Betul, karena memang di Indoensia belum begitu banyak akademisi yang mengkaji ini”
tambah dosen saya.

Hmmm, kalau begitu. Saya harus bersiap-siap untuk banyak membaca literature-literatur dari luar. Wah, sedangkan di Perpustakaan, literatur tersebut sangat minim. Di satu sisi saya sangat senang karena dosen saya antusias tetapi disisi lain nafas saya jadi tersengal karena ini adalah pertanda bahwa “sebentar lagi kamu akan menjadi penghuni setia perpus MMA dan sebentar lagi nasibmu akan seperti jangkrik-jangkrik di samping kamar mu, siap-siap moccacino!”.

Dosen saya melanjutkan, “Sebetulnya saya mulai tertarik dengan topik ini, waktu kamu menjelaskan saat presentase. Karena ini topik yang baru kalau diaplikasikan diagribisnis, Novelty. Kita sudah terlalu ketinggalan dengan negara-negara luar yang mana model ini sudah dikembangkan di sana. Itulah mengapa saya mau kamu menulis jurnal dan meng-combine-nya dengan topic lain. Karena di kalangan akademisi juga perlu tahu bahwa kita harus membuka mata terhadap perkembangan yang ada”

“Ia bu, tapi untuk sekarang ini saya belum bisa, karena semester ini tugasnya lumayan berat. Insya Allah setelah UAS bu’ saya akan mencoba menuliskannya kembali”

“oh ia gak papa, gak papa. Jadi dengan topic ini kita bisa menyadarkan orang-orang bahwa Halloooo kita sudah ketinggalan dengan negara lain”
Melihat ekspresinya, saya jadi kaget ternyata dosen saya ini gaul juga walaupun sudah punya cucu.

“Ia bu’ dan seakan-akan Indonesia masih saja tidur dengan perubahan ini, belum terbangun”. “Ia betul makanya kita harus wake up”.


Di akhir konsultasi saya kemudian meminta diberi masukan, siapa saja yang bisa menjadi dosen pembimbing saya, “Saya bisa” kata dosen saya. Wah senangnya. “Ia bu, memang saya berharap ibulah yang menjadi dosen pembimbing saya”. Tetapi saya masih mencari satu dosen pembimbing lagi.

Saya lalu pamit undur, pada saat menutup pintu tak henti-hentinya saya tersenyum dan bersyukur kepada Allah, Mudah-mudahan jalan ini dimudahkan, itu harapan saya.
Sadar, bahwa sebentar lagi adalah waktu yang melelahkan, karena akan di isi dengan perjalanan mencari ilmu yang harus di tuangkan pada lembar-lembar kertas bernama tesis. Tidak boleh sembarangan, Harus mendekati SEMPURNA, titik lagi.

Konsultasi yang menyegarkan , setidaknya hati dan pikiran saya kembali merekah mengenai riset. Jujur, Dari sini kemudian saya mengambil beberapa pelajaran : Bahwa “Kuriositas yang besarlah yang mampu menggerakkan. Jika kita meneliti, tetapi topik tersebut tidak begitu “ngeh” di hati tentu kita akan berjalan setengah-setengah.

Pilihan hati mampu menjadikan yang sulit bisa jadi mudah kalau pilihan kita memang betul-betul sesuai dengan apa yang kita inginkan dan sesuai dengan ketertarikan kita.
Pelajaran yang lain bahwa berdiskusi dengan orang yang kapabel adalah salah satu jalan untuk memecah kebuntuan. Itulah mengapa dalam islam selain istikhorah, juga ada isytisyaroh (memusyawarahkan). Kedua hal tersebut tidak hanya terkait masalah jodoh, tetapi terkait mengenai beberapa hal.

Selain Kuriositas, Cintalah yang mampu menggerakkan kita. Itulah mengapa sebelumnya saya tidak begitu tergerak untuk mengerjakan proposal, permasalahannya ada pada Cinta, saya kurang mencintai topic X. Namun untuk topik ini memang sebelumnya saya sudah “hit it off” alias cinta pada pandangan pertama.

Mencintai apa yang kita lakukan akan mendahsyatkan kemampuan kita. Saat kita menatap penuh cinta dengan aktivitas belajar maka seluruh energy kita akan tertuju padanya. Saat itulah kemauan kita terbangun. Dan kemauan itulah yang menggerakkan. Begitulah, cinta menggerakkan kita untuk produktif.

Kesimpulannya bahwa, Kuriositas dan Cintalah tersangka utama dalam menggerakkan kita untuk melangkah, seberat apapun perjalanan itu.

Belajarlah untuk mencintai tradisi-tradisi belajar, insya Allah kita akan mudah untuk menikmatinya.

“Berangkatlah kamu dalam keadaan merasa ringan atau berat, dan berjihadlah dengan harta dan dirimu di jalan Allah. Yang demikian itu lebih bagimu jika kamu mengetahui” (At-Taubah : 41)

Imam An-Nawawi berkata “Jangan pernah meremehkan ilmu dalam bidang apapun”

*Perjalanan pulang dari kampus menuju kosan, saya menatap langit. Seolah-olah disana ada senyum dan seuntai kata, "Kamu pasti Bisa, Vee". Saya membalas senyum langit! :) "Apakah sudah saatnya?"

Wallahu a’lam

Bogor, 210411


Vee
__
“Kembali belajar untuk luruskan niat, Sekolah untuk ummat”

Hanya Allah yang menyaksikan semuanya, yang terlihat maupun yang tersembunyi di balik nurani. Mari melanjutkan Langkah!

1 comments:

asuransioke said...

salam sahabat, hebat juga tekad Gan "pesan dari sobat = berjuanglah terus sampai batas akhir dan rencanakan dengan matang, siip ya? selamat menulis tesis semoga apa yang dipeoleh bermanfaat untuk ummat.
OO... ia Gan jurusan apa ? lam kenal ya ? ditunggu kunjungan gan juga jika tidak keberatan untuk hadir...