
Kisah Rizqaan dan Halimah membuat air mata saya tak terbendung. Bagaikan obat perangsang yang terus mambuat air mata mengalir, deras. Sampai-sampai suara tangis saya keluar. Untunglah tak terdengar hingga keluar kamar, tapi mata yang sembab ini tidak bisa berbohong kalau tadi saya baru saja menangis. Menangis bukan hanya karena cerita kehidupan mereka tapi lebih dari itu menangisi diri sendiri,. Bukan karena kisah hidup saya yang sama,..tentu saja bukan. Tapi....karena kalahnya saya dengan mereka,,,yah,. saya kalah..saya kalah Taat, saya kalah yakin akan Allah, saya kalah dalam menujukkan ubudiyah kepada Allah, saya kalah sabar, saya kalah tabah, , kalah dan kalah. Bukankah kehidupan ini kompetisi, kompetisi untuk meraih perhatian dan cinta Allah. Dan saya iri kepada mereka,.mereka telah meraih perhatian Allah dengan kesabaran, ketabahan, dan pengorbanan mereka, sedangkan saya????Wallahu a’lam...
Membaca cerita ini, mengingatkan betapa banyaknya kekurangan saya..., betapa sedikitnya amal, dan betapa kerdilnya keyakinan saya.Hah...Rizqaan-Halimah, ternyata ada orang seperti kalian...orang yang kehidupannya sungguh indah, penuh ujian yang berujung kebahagiaan, Khususnya Halimah.
Sandiwara antara rizqan dan halimah, menyadarkan kita akan tujuan pernikahan yang hakiki, yaitu beribadah kepada Allah, bukan yang lain.
Tapi...tak jarang terdengar ada ikhwah maupun akhwat yang mencari pendamping dengan berbagai persyaratan, entah dia harus begini dan begitu...memang tidak mengapa kita punya persyaratan asalkan yang syar’i dan wajar-wajar saja. Contohya, dia orang shalih, Da’i, dst.
Kalau kita ngotot ingin memiliki pendamping kaya raya, lulusan luar negeri, berparas menarik, ini yang perlu dipertanyakan, ...ikhlas tidak karena Allah. Mau beribadah tidak...Dalam suatu pengajian, sang ustad bercerita, beliau didatangi oleh seorang ikhwah yang mencari pendamping dengan berbagai persyaratan. Dia harus cantik, kaya, dari keluarga terhormat dan agamanya baik. Lantas sang ustad mengatakan (mungkin dalam hati, wallahu a’lam) kalau ada yang seperti itu mending untuk saya saja. Betul,betul,betul,betul,betul (kata ipin), mungkin ikhwah tersebut ingin mengamalkan hadits nabi Shallallahu ’alaihi wa sallam. Tapi, apa ia lupa! Bukankah yang lebih utama yang baik agamanya, wallahu a’lam.
Desember 2008
1 comments:
jaid pengen baca bukunya pinjemin dunk hihihihihi
Post a Comment